Selasa, 18 Mei 2010

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Penelitian Tindakan Kelas
12
3
Penilain Anda!

Quantcast

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)

A. PENGERTIAN

PTKClassroom action research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Action research pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan- …”, yang dilakukan secara siklik, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Ada beberapa jenis action research, dua di antaranya adalah individual action research dan collaborative action research (CAR). Jadi CAR bisa berarti dua hal, yaitu classroom action research dan collaborative action research; dua-duanya merujuk pada hal yang sama.

Action research termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Action research berbeda dengan penelitian formal, yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum (general). Action research lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun demikian hasil action research dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar yang mirip dengan yang dimliki peneliti.

Perbedaan antara penelitian formal dengan classroom action research disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1. Perbedaan antara Penelitian Formal dengan Classroom Action Research

Penelitian Formal Classroom Action Research
Dilakukan oleh orang lain Dilakukan oleh guru/dosen
Sampel harus representatif Kerepresentatifan sampel tidak diperhatikan
Instrumen harus valid dan reliabel Instrumen yang valid dan reliabel tidak diperhatikan
Menuntut penggunaan analisis statistik Tidak diperlukan analisis statistik yang rumit
Mempersyaratkan hipotesis Tidak selalu menggunakan hipotesis
Mengembangkan teori Memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung

B. MODEL – MODEL ACTION RESEARCH

Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model action research, terutama classroom action research. Dialah orang pertama yang memperkenalkan action research. Konsep pokok action research menurut Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu : (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus.

Model Kemmis & Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt lewin seperti yang diuraikan di atas, hanya saja komponen acting dan observing dijadikan satu kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama

C. MASALAH CAR

Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada saat menentukan masalah CAR.

1. Banyaknya Masalah yang Dihadapi Guru

Setiap hari guru mengahadapi banyak masalah, seakan-akan masalah itu tidak ada putus-putusnya. Oleh karena itu guru yang tidak dapat menemukan masalah untuk CAR sungguh ironis. Merenunglah barang sejenak, atau ngobrollah dengan teman sejawat, Anda akan segera menemukan kembali seribu satu masalah yang telah merepotkan Anda selama ini.

2. Tiga Kelompok Masalah Pembelajaran

Masalah pembelajaran dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu (a) pengorganisasian materi pelajaran, (b) penyampaian materi pelajaran, dan (c) pengelolaan kelas. Jika Anda berfikir bahwa pembahasan suatu topik dari segi sejarah dan geografi secara bersama-sama akan lebih bermakna bagi siswa daripada pembahasan secara sendiri-sendiri, Anda sedang berhadapan dengan masalah pengorganisasian materi. Jika Anda suka dengan masalah metode dan media, sebenarnya Anda sedang berhadapan dengan masalah penyampaian materi. Apabila Anda menginginkan kerja kelompok antar siswa berjalan dengan lebih efektif, Anda berhadapan dengan masalah pengelolaan kelas. Jangan terikat pada satu kategori saja; kategori lain mungkin mempunyai masalah yang lebih penting.

3. Masalah yang Berada di Bawah Kendali Guru

Jika Anda yakin bahwa ketiadaan buku yang menyebabkan siswa sukar membaca kembali materi pelajaran dan mengerjakan PR di rumah, Anda tidak perlu melakukan CAR untuk meningkatkan kebiasaan belajar siswa di rumah. Dengan dibelikan buku masalah itu akan terpecahkan, dan itu di luar kemampuan Anda. Dengan perkataan lain yakinkan bahwa masalah yang akan Anda pecahkan cukup layak (feasible), berada di dalam wilayah pembelajaran, yang Anda kuasai. Contoh lain masalah yang berada di luar kemampuan Anda adalah: Kebisingan kelas karena sekolah berada di dekat jalan raya.

4. Masalah yang Terlalu Besar

Nilai UAN yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan masalah yang terlalu besar untuk dipercahkan melalui CAR, apalagi untuk CAR individual yang cakupannya hanya kelas. Faktor yang mempengaruhi Nilai UAN sangat kompleks mencakup seluruh sistem pendidikan. Pilihlah masalah yang sekiranya mampu untuk Anda pecahkan.

5. Masalah yang Terlalu Kecil

Masalah yang terlalu kecil baik dari segi pengaruhnya terhadap pembelajaran secara keseluruhan maupun jumlah siswa yang terlibat sebaiknya dipertimbangkan kembali, terutama jika penelitian itu dibiayai oleh pihak lain. Sangat lambatnya dua orang siswa dalam mengikuti pelajaran Anda misalnya, termasuk masalah kecil karena hanya menyangkut dua orang siswa; sementara masih banyak masalah lain yang menyangkut kepentingan sebagian besar siswa.

6. Masalah yang Cukup Besar dan Strategis

Kesulitan siswa memahami bacaan secara cepat merupakan contoh dari masalah yang cukup besar dan strategis karena diperlukan bagi sebagian besar mata pelajaran. Semua siswa memerlukan keterampilan itu, dan dampaknya terhadap proses belajar siswa cukup besar. Sukarnya siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan ketidaktahuan siswa tentang meta belajar (belajar bagaimana belajar) merupakan contoh lain dari masalah yang cukup besar dan strategis. Dengan demikian pemecahan masalah akan memberi manfaat yang besar dan jelas.

7. Masalah yang Anda Senangi

Akhirnya Anda harus merasa memiliki dan senang terhadap masalah yang Anda teliti. Hal itu diindikasikan dengan rasa penasaran Anda terhadap masalah itu dan keinginan Anda untuk segera tahu hasil-hasil setiap perlakukan yang diberikan.

8. Masalah yang Riil dan Problematik

Jangan mencari-cari masalah hanya karena Anda ingin mempunyai masalah yang berbeda dengan orang lain. Pilihlah masalah yang riil, ada dalam pekerjaan Anda sehari-hari dan memang problematik (memerlukan pemecahan, dan jika ditunda dampak negatifnya cukup besar).

9. Perlunya Kolaborasi

Tidak ada yang lebih menakutkan daripada kesendirian. Dalam collaborative action reseach Anda perlu bertukar fikiran dengan guru mitra dari mata pelajaran sejenis atau guru lain yang lebih senior dalam menentukan masalah.

D. IDENTIFIKASI, PEMILIHAN, DESKRIPSI, DAN RUMUSAN MASALAH

1. Identifikasi Masalah

Dalam mengidentifikasikan masalah, Anda sebaiknya menuliskan semua masalah yang Anda rasakan selama ini.

2. Pemilihan Masalah

Anda tidak mungkin memecahkan semua masalah yang teridentifikasikan itu secara sekaligus, dalam suatu action research yang berskala kelas. Masalah-masalah itu berbeda satu sama lain dalam hal kepentingan atau nilai strategisnya. Masalah yang satu boleh jadi merupakan penyebab dari masalah yang lain sehingga pemecahan terhadap yang satu akan berdampak pada yang lain; dua-duanya akan terpecahkan sekaligus. Untuk dapat memilih masalah secara tepat Anda perlu menyusun masalah-masalah itu berdasarkan kriteria tersebut: tingkat kepentingan, nilai strategis, dan nilai prerekuisit. Akhirnya Anda pilih salah satu dari masalah-masalah tersebut, misalnya “Siswa tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain.”

3. Deskripsi Masalah

Setelah Anda memilih salah satu masalah, deskripsikan masalah itu serinci mungkin untuk memberi gambaran tentang pentingnya masalah itu untuk dipecahkan ditinjau dari pengaruhnya terhadap pembelajaran secara umum maupun jumlah siswa yang terlibat.

Contoh: “Jika diberi pelajaran dengan pendekatan terpadu antara geografi, ekonomi, dan sejarah siswa merasa sukar mentransfer keterampilan dari satu pelajaran ke pelajaran lain. Pelajaran yang saya berikan adalah geografi, tetapi saya sering mengaitkan pembahasan dengan mata pelajaran lain seperti ekonomi dan sejarah. Ketika saya minta siswa mengemukakan hipotesis tentang pengaruh Danau Toba terhadap perkembangan ekonomi daerah, siswa terasa sangat bingung; padahal mereka telah dapat mengemukakan hipotesis dengan baik dalam mata pelajaran geografi. Saya khawatir siswa hanya menghafal pada saat dilatih mengemukakan hipotesis. Padahal dalam kehidupan sehari-hari keterampilan berhipotesis harus dapat diterapkan di mana saja dan dalam bidang studi apa saja. Pada hakikatnya setiap hari kita mengemukakan hipotesis. Ketidakbisaan siswa itu terjadi sepanjang tahun, tidak hanya pada permulaan tahun ajaran. Kelihatannya semua siswa mengalami hal yang sama, termasuk siswa yang cerdas. Guru lain ternyata juga mengalami hal yang sama, siswanya sukar mentransfer suatu keterampilan ke mata pelajaran lain.”

4. Rumusan Masalah

Setelah Anda memilih satu masalah secara seksama, selanjutnya Anda perlu merumuskan masalah itu secara komprehensif dan jelas. Sagor (1992) merinci rumusan masalah action research menggunakan lima pertanyaan:

1. Siapa yang terkena dampak negatifnya?
2. Siapa atau apa yang diperkirakan sebagai penyebab masalah itu?
3. Masalah apa sebenarnya itu?
4. Siapa yang menjadi tujuan perbaikan?
5. Apa yang akan dilakukan untuk mengatasi hal itu? (tidak wajib, merupakan hipotesis tindakan).

Contoh rumusan masalah:

* Siswa di SLTP-X tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain di sekolah (Ini menjawab pertanyaan 1 dan 3)
* Grup action research percaya bahwa hal ini merupakan hasil dari jadwal mata pelajaran dan cara guru mengajarkan materi tersebut (Ini menjawab pertanyaan 2)
* Kita menginginkan para siswa melihat relevansi kurikulum sekolah, mengapresiasi hubungan antara disiplin-disiplin akademis, dan dapat menerapkan keterampilan yang diperoleh dalam satu mata pelajaran untuk pemecahan masalah dalam mata pelajaran lain (Ini menjawab pertanyaan 4)
* Oleh karena itu kita merencanakan integrasi pembelajaran IPA, matematika, bahasa, dan IPS dalam satuan pelajaran interdisiplin berjudul Masyarakat dan Teknologi (Ini manjawab pertanyaan 5)

Contoh pertanyaan penelitian:

1. Kesulitan apa yang dialami siswa dalam mentransfer keterampilan dari satu mata pelajaran satu ke mata pelajaran lain?
2. Apakah siswa dapat mentrasfer keterampilan lebih mudah antara dua mata pelajaran yang disukai?
3. Apa yang menyebabkan siswa menyukai suatu mata pelajaran?
4. Apakah ada perbedaan antara prestasi belajar siswa yang belajar dalam kelas mata pelajaran multidisiplin dibandingkan dengan mereka yang dalam kelas mata pelajaran tunggal?

E. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
1. Kajian Teori

Dalam membuat rumusan masalah di atas sebenarnya Anda telah melakukan “analisis penyebab masalah” sekaligus membuat “hipotesis tindakan” yang akan diberikan untuk memecahkan masalah tersebut. Untuk melakukan analisis secara tajam dan menjustifikasi perlakuan yang akan diberikan, Anda perlu merujuk pada teori-teori yang sudah ada. Tujuannya sekedar meyakinkan bahwa apa yang Anda lakukan dapat dipertanggungjawabkan secara profesional. Dalam hal ini proses kolaborasi memegang peranan yang sangat penting.

Anda juga perlu membaca hasil penelitian terakhir, termasuk CAR, siapa tahu apa yang akan Anda lakukan sudah pernah dilakukan oleh orang lain; Anda dapat mengambil manfaat dari pengalaman orang itu. Manfaat lain yang lebih penting, Anda akan mengetahui trend-trend baru yang sedang diperhatikan atau diteliti oleh para guru di seluruh dunia. Sekarang ini sedang nge-trend pembelajaran yang bernuansa quantum teaching, quantum learning, contextual learning, integrated curriculum, dan competency based curriculum yang semua berorientasi pada kepentingan siswa. Jika penelitian Anda masih berkutat pada pemberian drill dan PR agar nilai UAN mereka meningkat, tanpa memperdulikan rasa ketersiksaan siswa, profesionalisme Anda akan dipertanyakan.
2. Hipotesis Tindakan

Lakukanlah analisis penyebab masalah secara seksama agar tindakan yang Anda rencanakan berjalan dengan efektif. Hipotesis tindakan dapat Anda tuliskan secara eksplisit, tetapi dapat juga tidak karena pada dasarnya Anda belum tahu tindakan mana yang akan berdampak paling efektif.

F. METODOLOGI
1. Setting Penelitian

Setting penelitian perlu Anda uraikan secara rinci karena penting artinya bagi guru lain yang ingin meniru keberhasilan Anda. Mereka tentu akan mempertimbangkan masak-masak apakah ada kemiripan antara setting sekolahnya dengan setting penelitian Anda.
2. Perbedaan Mengajar Biasa dengan CAR

Dalam melakukan CAR kegiatan mengajar standar (biasa) berlangsung secara alami; tetapi ada bagian-bagian tertentu yang diberi perlakuan secara khusus dan diamati dampaknya secara seksama. Langkah-langkah seperti pembuatan satuan pelajaran, rencana pelajaran, lembaran kerja, dan alat bantu pembelajaran lainnya adalah langkah pembelajaran standar, bukan CAR. Asumsinya CAR dilaksanakan oleh guru yang sudah melaksanakan pembelajaran standar secara lengkap tetapi belum berhasil. Ia akan memodifikasi bagian-bagian tertentu dari pembelajaran standar itu. Bagian yang dimodifikasi itulah fokus dari CAR Anda.
3. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan CAR sebaiknya hanya menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan CAR. Jika ada perubahan pada satuan pelajaran misalnya, hanya bagian yang diubah saja yang perlu diuraikan secara rinci. Akan lebih baik jika perubahan itu diletakkan dalam konteks satuan pelajaran aslinya sehingga terlihat jelas besar perubahan yang dilakukan. Perangkat-perangkat pembelajaran juga hanya tambahannya yang diuraikan secara rinci. Jika pembelajaran standar telah dilaksanakan dengan baik perangkat pembelajaran yang diperlukan untuk CAR dengan sendirinya sebagian besar sudah tersedia.

Yang sering terjadi dalam CAR selama ini pembelajaran standar belum dilaksanakan sehingga CAR menjadi wahana untuk mewujudkan pembelajaran standar. Hal itu terlihat dari latar belakang yang diuraikan secara emosional oleh peneliti, umumnya menggambarkan pembelajaran yang sangat tradisional, buruk, dan di bawah standar. Setelah sekolah mendapat bantuan dana peningkatan kualitas pembelajaran pun uraian latar belakang itu tidak menunjukkan adanya perubahan yang berarti. Secara tidak langsung ditunjukkan bahwa perlakuan-perlakuan yang diberikan oleh pemberi dana selama ini berlalu tanpa bekas.

Tahap perencanaan bisa memerlukan waktu setengah bulan karena harus mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, termasuk di dalamnya adalah penyusunan jadwal, pembuatan instrumen, dan pemilihan kolaborator.
4. Siklus-siklus

Dalam CAR siklus merupakan ciri khas yang membedakannya dari penelitian jenis lain; oleh karena itu siklus harus dilaksanakan secara benar. Siklus pada hakikatnya adalah rangkaian “riset-aksi-riset-aksi- …” yang tidak ada dalam penelitian biasa. Dalam penelitian biasa hanya terdapat satu riset dan satu aksi kemudian disimpulkan. Dalam CAR hasil yang belum baik masih ada kesempatan untuk diperbaiki lagi sampai berhasil.

Siklus terdiri dari (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi; dan (5) perencanaan kembali. Yang diuraikan dalam siklus hanya bagian yang dimodifikasi melalui action reseach, bukan seluruh proses pembelajaran. Modifikasi atau perubahan secara total jarang dilakukan dalam action research yang berskala kelas karena bagaimanapun sistem pendidikan secara umum masih belum berubah.

Misalnya Anda akan memodifikasi pembelajaran dengan memperbanyak penggunaan carta. Dalam “perencanaan” yang Anda uraikan adalah tentang carta itu saja, misalnya “Tiap pertemuan diusahakan akan ada carta yang digunakan dalam kelas.” Dalam “pelaksanaan” Anda uraikan kenyataan yang terjadi, apakah benar tiap pertemuan bisa digunakan carta, misalnya “Penggunaan carta tiap pertemuan hanya dapat dilakukan selama dua minggu pertama; minggu berikutnya rata-rata hanya satu carta tiap empat pertemuan.” Anda tentu saja dapat mengelaborasi “pelaksanaan” itu dengan menyebutkan carta-carta apa saja yang digunakan, saat-saat mana yang paling tepat untuk penggunaan, siapa yang menggunakan, berapa lama digunakan, berapa ukurannya, di mana disimpan, dsb., dsb. “Pengamatan” didominasi oleh data-data hasil pengukuran terhadap respons siswa, menggunakan berbagai instrumen yang telah disiapkan. “Refleksi” berisi penjelasan Anda tentang mengapa terjadi keberhasilan maupun kegagalan, diakhiri dengan perencanaan kembali untuk perlakuan pada siklus berikutnya.

Dalam action reseach selama ini banyak siklus yang bersifat semu, tidak sesuai dengan kaidah yang sudah baku. Inilah kelemahan-kelemahan yang terjadi.

1. Dalam siklus diuraikan semua proses pembelajaran, sehingga tidak dapat dilihat bagian yang sebenarnya sedang diteliti. Seolah-olah seluruh proses pembelajaran diubah secara total melalui CAR, dan sebelumnya pembelajaran berlangsung secara tradisional, buruk, dan di bawah standar.
2. Tidak jelas apakah perlakuan dalam suatu siklus dilakukan secara terus-menerus selama periode tertentu, sampai data pengamatan bersifat jenuh (menunjukkan pola yang menetap) dan diperoleh dari berbagai sumber (triangulasi). Sebagai analogi, jika selama satu minggu suhu badan pasien menunjukkan suhu 37,50 C; 370 C; 370 C; 37,50 C; 37,50 C; 37,50 C; dapatlah disimpulkan bahwa kondisinya telah kembali normal. Itu digabungkan dengan data pengamatan lain selama seminggu juga seperti perilaku, nafsu makan, dan denyut nadi pasien, yang bersifat triangulatif.
3. Siklus dilakukan tidak berdasarkan refleksi dari siklus sebelumnya. Ada siklus yang dilakukan secara tendensius: siklus pertama dengan metode ceramah, siklus kedua dengan demonstrasi, dan siklus ketiga dengan eksperimen, hanya ingin menunjukkan bahwa metode eksperimen adalah yang terbaik. Peneliti ini lupa bahwa metode harus disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran. Untuk materi pertama boleh jadi justru metode ceramah yang lebih cocok.

5. Instrumen

Instrumen merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan CAR. Jenis instrumen harus sesuai dengan karakteristik variabel yang diamati. Triangulasi dan saturasi (kejenuhan informasi) perlu diperhatikan untuk menjamin validitas data.

G. HASIL PENELITIAN
1. Siklus-siklus Penelitian

Hasil penelitian CAR tidak hanya berisi data hasil observasi, melainkan justru proses perbaikan yang dilakukan. Untuk itu siklus adalah cara yang tepat untuk menyajikan hasil penelitian. Data hasil observasi tidak disajikan secara terpisah melainkan dalam konteks siklus-siklus yang telah dilakukan.
2. Tabel, Diagram, dan Grafik

Tabel, diagram, dan grafik sangat baik digunakan untuk menyajikan data hasil observasi. Gunanya agar refleksi dapat dilakukan lebih mudah. Tetapi sajian yang cantik itu bisa menjadi blunder manakala angka-angkanya diatur sedemikain rupa sehingga terkesan artificial. Hasil yang begitu spektakuler seringkali tidak disertai dengan “bagaimana” proses untuk mencapainya, sehingga pembaca akan makin ragu.
3. Hasil-hasil yang Otentik

Hasil-hasil yang otentik seperti karangan siswa, gambar hasil karya siswa, dan foto tentang proyek yang dilakukan siswa akan sangat baik dicantumkan sebagai hasil penelitian.

H. KESIMPULAN CAR

1. Kesimpulan

Kesimpulan tentu saja harus menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis yang telah dikemukakan. Pertanyaan penelitian pada bagian D4 di atas di samping menuntut jawaban yang berupa hasil juga menuntut prosesnya. Marilah kita lihat pertanyaan-pertanyaan itu sekali lagi.

1. Kesulitan apa yang dialami siswa dalam mentransfer keterampilan dari satu mata pelajaran satu ke mata pelajaran lain ? Jawaban atas pertanyaan ini bisa diperoleh melalui tes awal dan atau selama proses pembelajaran berlangsung. Walaupun baru berupa daftar kesulitan yang dialami siswa, temuan ini cukup berarti bagi guru-guru lain. Kita sendiri pada saat ini belum bisa membayangkan kesulitan-kesulitan tersebut.
2. Apakah siswa dapat mentrasfer keterampilan lebih mudah antara dua mata pelajaran yang disukai ? Jawaban atas pertanyaan ini diperoleh setelah guru menghubungkan berbagai mata pelajaran dalam materi tes awal atau selama pembelajaran berlangsung, misalnya antara fisika dengan biologi, ekonomi dengan sejarah, dan bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia.
3. Apa yang menyebabkan siswa menyukai suatu mata pelajaran ? Kesimpulan ini dapat diperoleh melalui kuesioner dan atau wawancara pada awal pembelajaran atau selama pembelajaran berlangsung.
4. Apakah ada perbedaan antara prestasi belajar siswa yang belajar dalam kelas mata pelajaran multidisiplin dibandingkan dengan mereka yang dalam kelas mata pelajaran tunggal ?Jawaban atas pertanyaan ini diperoleh setelah siswa diberi perlakukan yang berbeda; misalnya satu kelas diberi pelajaran multi disiplin, dan kelas lain diberi pelajaran yang terpisah-pisah, seperti biasanya. Ini tampaknya merupakan fokus dari CAR. Jika ditemukan bahwa mata pelajaran multidisiplin lebih berhasil dalam mengembangkan kemampuan transfer keterampilan antar mata pelajaran, peneliti perlu mengelaborasi bagaimana proses pembelajaran model multidisiplin tersebut berlangsung.

Jadi kesimpulan penelitian CAR akan kurang bermanfaaat jika bunyinya hanya seperti: “Pembelajaran dengan media akan meningkatkan hasil belajar siswa.” Kesimpulan ini mirip dengan yang diinginkan penelitian kuantitatif. Guru lain yang membaca kesimpulan ini tentu ingin mengetahui bagaimana prosesnya sehingga media itu bisa meningkatkan hasil belajar. Jadi kesimpulan itu masih harus diikuti dengan proses atau rinciannya, seperti a) Transparansi OHP lebih disukai siswa daripada media lain, b) Paling banyak hanya 10 transparansi dapat ditunjukkan dalam satu presentasi, jika lebih dari itu siswa akan bosan; c) Presentasi pada awal pembelajaran cenderung lebih disukai; d) Penjelasan yang terlalu lama terhadap satu transparansi cenderung membuat siswa bosan; dan e) Satu kali presentasi sebaiknya tidak lebih dari 20 menit.

2. Saran

Karena CAR bersifat kontekstual, pemberian saran kepada orang lain berdasarkan hasil penelitian tersebut sebenarnya kurang bermanfaat. Deskripsi konteks penelitian secara rinci sudah cukup untuk memberikan informasi bagi guru lain yang ingin meniru keberhasilan Anda. Saran seperti “Program CAR ini perlu lanjutkan dan diperluas untuk tahun-tahun mendatang,” juga kurang begitu perlu, bahkan kurang relevan.

Saran CAR diperlukan misalnya jika temuan penelitian menyangkut sistem yang lebih luas dari sekedar kelas, misalnya menghendaki adanya perubahan pengaturan jadwal pelajaran di sekolah. Dalam hal itu peneliti dapat menyarankan tentang jadwal yang diinginkan kepada fihak sekpolah.

I. DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka mencerminkan penguasaan Anda atas teori belajar dan pembelajaran yang Anda minati. Di samping itu, sebagaimana telah disinggung sebelumnya, daftar pustaka mencerminkan keluasan pengetahuan Anda atas penelitian-penelitien terbaru yang sedang ngetren. Selama ini guru peneliti sering mencantumkan nama-nama ahli pendidikan, psikologi, dan pembelajaran tetapi tidak disertai dengan daftar pustakannya. Buatlah daftar pustaka secara cermat.

Sumber : Dr. Supriyadi M. Pd.*)) disajikan dalam Workshop MKKS Tingkat Pusat yang Diselenggarakan olah Direktorat Pendidikan Menengah Umum 12-15 September 2005 di Hotel Evergreen, Cisarua, Bogor.

10 YANG DILUPAKAN GURU

10. Belajar dari pengalaman guru lainnya
9. Punya waktu untuk diri sendiri
8. Punya kaidah pertahanan diri demi mencegah stress
7. Menabung, merencanakan pengeluaran dan tidak lebih besar pasak daripada tiang.
6. Punya peraturan di kelas

5. Mondar mandir atau berjalan-jalan saat mengajar, dan tidak duduk diam dibaik meja

4. Tidak kenal menyerah untuk memberikan yang terbaik bagi siswa
3. Punya lingkaran teman sesama guru yang saling mendukung dan positif
2. Punya blog

Dan yang paling penting

1. Mau dan cepat belajar dalam hal mengelola kelas

PERAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP ANAK BUAH

Peran kepala sekolah dan rekan sejawat dalam menciptakan guru professional

tinggalkan komentar »

Mari kita pikirkan proses dan waktu untuk kemudian seseorang bisa lulus ilmu kependidikan dan berprofesi sebagai guru. Selama 4 sampai 5 tahun mahasiswa keguruan mengenyam pendidikan dibangku kuliah ilmu kependidikan, bahkan dengan waktu lebih singkat. Kemudian dilanjutkan dengan magang disebuah sekolah. Jika beruntung ia akan bergabung dengan sebuah sekolah atau menjadi pegawai negeri yang bersedia ditempatkan dimana saja. Tahun demi tahun berlalu, pada bayangan kita tentu seiring dengan bertambahnya masa tugas dan banyaknya pengalaman yang dilalui maka ia akan menjadi guru yang professional dan kreatif.

Jawabannya bisa ya atau tidak, dikarenakan berapa pun lamanya seorang guru melakukan praktek mengajar disekolah belum menjamin bahwa guru mampu menunjukkan profesionalismenya dalam bekerja. Banyak hal yang melatar belakangi hipotesa di atas. Seorang guru untuk bisa menjadi terampil dan professional membutuhkan faktor-faktor pendukung diluar dirinya.

Tulisan ini akan membahas peran kepala sekolah dan pengawas serta rekan sejawat dalam membentuk seorang guru yang professional. Guru memerlukan bimbingan dan arahan baik dari Kepala sekolah dan pengawas sebagai supervisor maupun dari rekan sejawat untuk melakukan upaya mengembangan kompetansi dan profesionalismenya dalam mengajar.

Dukungan rekan sejawat juga termasuk faktor luar guru yang berpengaruh. Disebabkan dukungan jenis ini akan sangat efektif untuk membantu guru melakukan refleksi terhadap kinerjanya. Ingat, guru yang berhasil dalam menerapkan proses pembelajaran yang efektif dan berkualitas dapat menjadi model bagi guru yang lain. Untuk itu sekolah sebagai lembaga perlu mewujudkan lingkungan kerja yang mendorong terjadinya peningkatakan profesionalisme guru.

Bagaimana kepala sekolah sebagai pimpinan dapat melakukan program dan kegiatan pengembangan profesionalisme guru. Berikut beberapa langkah yang dilakukan:

1. Memberikan arahan tentang job description yang jelas bagi guru.
2. Menetapkan standar yang tinggi terhadap kinerja guru terutama dalam membimbing siswa belajar.
3. Mendelegasikan tugas pada guru untuk dikerjakan secara kelompok.
4. Memberikan waktu bagi staff untuk melakukan konsultasi.
5. Mendorong guru menetapkan target kerja yang akan dicapai dalam satu tahun ajaran serta membantu dalam evaluasi tengan tahun sehingga guru dapat mengetahui apakah yang mereka lakukan tetap pada koridor yang benar.
6. Menyusun program pelatihan peningkatan kompetensi guru dan melaksanakan secara berkala.
7. Mendukung upaya guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang bekualitas.
8. Mendorong guru melakukan lesson study, sehingga akan terbentuk komunitas belajar diantara guru.
9. Melakukan evaluasi terhadap kinerja sekolah khususnya efektifitas proses belajar mengajar yang telah diselenggarakan mengacu pada kualitas hasil belajar siswa.
10. Memelihara konsistensi dalam melaksanakan hal ini sehingga terbentuk budaya pembelajar dan peningkatan intelektualitas guru serta penghargaan terhadap kesempatan yang diberikan lingkungan untuk selalu meningkatkan diri.

Jika hal ini dilaksanakan oleh kepala sekolah, ditambah dukungan pengawas serta atmosfir positip yang diciptakan oleh rekan sejawat yang selalu berupaya mendukung, maka akan terwujud sebuah sekolah sebagai lingkungan pembelajar dan pada gilirannya nanti akan melahirkan guru yang profesional dan terampil

9 KUNCI SUKSES GURU

9 kunci sukses guru dalam melaksanakan Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif dan Menyenangkan

tinggalkan komentar »

* Menempatkan diri dari sisi anak saat merencanakan pembelajaran, kira-kira cukup senangkah kita dengan gaya pembelajaran yang akan kita sajikan.
* Keberadaannya di kelas bukan sekedar memberi tugas lalu ditinggal pergi begitu saja
*
* Keberadaan nya lengkap di kelas baik jiwa maupun raganya artinya guru juga diharapkan bisa memotivasi siswa nya saat pembelajaran aktif sedang berlangsung
* Mengurangi metode ceramah
* Menjadikan acara tanya jawab dengan siswa berlangsung informal. Artinya jadikan situasi tanya jawab berlangsung disela-sela siswa berdiskusi dan mengerjakan tugas.
* Meningkatkan penggunaan metode kerja kelompok yang di dalamnya siswa berdiskusi bertukar pendapat dan bereksperimen
* Memberikan tugas yang menantang (dan bukan yang sulit) pada siswa
* Bersedia berbagi dengan guru lainnya. Sekolah yang baik membuat kelas-kelas paralelnya maju bersama lewat perencanaan bersama antar guru yang mengajar di kelas yang sama. Buang keinginan menjadi kelas ‘favorit’
* Berkemauan keras mencari sumber belajar atau media belajar yang alternative dan minim ongkos serta biaya

8 TANDA KECERDASAN

• Kemampuan dan kecerdasan individual tiap anak di kelas anda di carikan solusi kegiatan apa yang kira-kira cocok dalam kegiatan pembelajaran
• Siswa merasa aman dan nyaman berekspresi dengan kecerdasan mereka sendiri.
• Terdapat pendekatan yang seimbang dalam mengakomodir seni rupa, tari, dan musik yang dimasukkan ke dalam kegiatan belajar dan mengajar bidang mata pelajaran pokok seperti sain, ilmu sosial, matematika, dan bahasa.
• Kurikulum di sekolah dan lembaga sekolah anda anda mengakui dan memberikan ruang bagi untuk pengembangan kecerdasan yang berbeda
• Kecerdasan yang berbeda mendorong penilaian yang otentik di kelas anda
• Prestasi dan pencapaian yang dihasilkan oleh tipe kecerdasan yang berbeda dianggap memiliki tingkat posisi yang sama oleh sekolah dan komunitas sekolah
• Siswa memahami proses belajar mereka sendiri dan kecerdasan yang berbeda-beda diantara teman dan diri mereka sendiri
• Kelas di sekolah anda menggunakan sumber daya dari luar seperti pembicara tamu dan lain sebagainya
Silahkan anda membaca kecerdasan apa saja yang dikatakan oleh Howard Gardner pada situs ini. Tulisan ini akan memberikan kelengkapan agar anda lebih mantap dalam mengajar siswa dengan berbagai macam kecerdasan.
1. Kecerdasan Bahasa (Verbal)
Ciri-ciri kecerdasan ini :
• bisa berfikir secara sistematis,
• senang berdebat dan berargumentasi, membaca,, mendengar, menulis,
• mampu mengeja dengan mudah
• mengingat dengan detail dari sebuah hal
• suka permainan kata misalnya teka teki silang dan lain-lain
• percaya diri saat berbicara di muka publik.
Kegiatan belajar dan penugasan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini :
• meminta siswa bercerita, mengeja.
• adakan forum debat dan diskusi.
• bermain permainan ingatan tentang nama dan tempat.
• membaca dan menulis cerita, menulis resensi buku atau membuat kliping
• permainan teka-teki, atau yang permainan yang berhubungan dengan kosa kata
• minta siswa mewawancarai seseorang mengenai suatu topik
• minta siswa membuat pajangan kelas atau majalah kelas,
2. Kecerdasan tipe Matematis (Logis)
Ciri-ciri kecerdasan ini :
• berpikir secara abstrak
• menyukai kegiatan berhitung
• bekerja dengan cermat dan menyukai ketepatan dalm melakukan sesuatu
• memiliki catatan yang teratur
• berfikir dengan logis
• senang pelajaran komputer
• pemecah masalah yang baik
Kegiatan belajar dan penugasan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini :
• perbanyak tugas yang melibatkan kemampuan memecahkan masalah
• tugas akhir topik dilakukan dengan komputer
• minta siswa mengkategorikan fakta dan informasi serta menemukan pola dan hubungan-hubunga
• kenalkan pada siswa tahap -tahap dalam pengerjaan tugas.
3. Kecerdasan Visual (Spasial)
Ciri-ciri kecerdasan ini :
• senang menggambar dan melukis
• baik dalam membaca peta dan diagram
• senang permainan puzzles atau jigsaw
• berpikir sambil berimajinasi
• mudah mengingat berdasar gambar
Kegiatan belajar dan penugasan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini :
• upayakan untuk menggunakan banyak gambar, peta pikiran, diagram, peta coretan dan simbol, saat belajar
• integrasikan pembelajaran seni dan computer pada pelajaran lain
• jadikan kelas anda semenarik mungkin dengan banyak pajangan
4. Kecerdasan Musikal (Ritmik)
Ciri-ciri kecerdasan ini :
• sensitif terhadap nada, irama, kekuatan-emosi music, komposisi dan warna nada
• relegius.
Kegiatan belajar dan penugasan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini :
• menggunakan alat music atau bernyanyi bersama
• gunakan lagu sebagai alat bantu menjelaskan konsep yang sulit
• membuat nada dering, lagu melalui telepon genggam atau kompter
5. Kecerdasan Kinestetis (tubuh)
Ciri-ciri kecerdasan ini :
• siswa mempunyai kontrol tubuh, respon dan refleks yang baik
• suka membuat prakarya atau pekerjaan tangan
• tidak bisa diam
Kegiatan belajar dan penugasan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini :
• sedapat mungkin kegiatan pembelajaran banyak melibatkan anggota tubuh
• gunakan gerakan atau ajak siswa memperagakan sesuatu sebagai alat bantu menjelaskan konsep yang sulit (dramatisasi)
6. Kecerdasan Interpersonal
Ciri-ciri kecerdasan ini :
• pintar bernegosiasi, berhubungan, membaca pikiran dan maksud hati orang lain
• suka berteman, dan melakukan kegiatan bersama
• bisa menjadi mediator dalm perselisihan antar teman
• dapat menyesuaikan dengan keadaan
Kegiatan belajar dan penugasan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini :
• melakukan kegiatan belajar berkelompok
• waktu istirahat yang efektif dan fleksibel agar mereka bisa bersosialisasi
• perbanyak kegiatan yang berhubungan dan berkomunikasi antar pribadi
7. Kecerdasan Intrapersonal
Ciri-ciri kecerdasan ini :
• sudah punya motivasi diri, nilai diri, tujuan hidup,
• sudah menyadari kemampuannya, kekuatan dan kelemahan sendiri
Kegiatan belajar dan penugasan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini :
• banyak melakukan diskusi yang mendalam dan tanya jawab
• setiap selesai mengerjakan tugas minta siswa melakukan refleksi dalam hati. Siswa bisa menuliskan apa yang dialami dan rasakan selama proses pembelajaran berlangsung.

guru yang kuinginkan

Guru Kreatif. Creative Teacher
Siswa sebagai subyek pembelajaran. Learning empowers students.
Anda juga bisa menjadi guru seperi Ibu Muslimah, ini rahasianya..

Reflektif
Selalu bertanya pada dirinya sendiri apakah yang dilakukannya adalah demi agar siswa mendapatkan pengalaman belajar yang terbaik, bukan hanya demi rutinitas semata apalagi demi dilihat dan dipandang lebih atasan atau temen sekerja
Berempati
Kelas yang diajar atau yang menjadi tanggung jawabnya adalah gambaran dari empatinya yang besar terhadap siswanya. Dengan atau tidak adanya fasilitas tidak membuat surut semangatnya untuk menhadirkan yang terbaik bagi siswa. Caranya adalah menempatkan diri sebagai siswa, dengan demikina guru akan mengatur kelas sesuai kebutuhan siswa dan yang terpenting sabar jika ada siswa yang berbuat kesalahan saat belajar.
Fokus
Semua programnya dilakukan demi siswa, ia juga selalu menempatkan dirinya sebagai fasilitator dan actor utama yang menentukan apakah pembelajaran dikelas akan gagal atau berhasil
Selalu ingin tahu dan pembelajar
Jika ada metode yang ia rasa bisa membantu dan meringankan tugasnya di kelas, atau membuat siswanya senang belajar maka akan dipelajarinya dengan sekuat tenaga. Guru jenis ini juga tidak malu untuk mengatakan ‘saya tidak tahu’ kepada siswanya.
Kreatif
Guru seperti ini mencoba mensyukuri apa yang ia punya dan miliki di sekolah dan kelasnya. Guru seperti ini tidak sibuk menyalahkan pihak lain atas keterbatasan yang ia alami tapi malah menggerakkan dirinya untuk mengambil manfaat dan mangoptimalkan semua yang ada. Baik itu sumber pembelajaran, orang yang punya pengetahuan sampai lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
Berkomunikasi dengan efektif
Dengan siswa ia tahu kapan mesti bersuara hangat dengan suara lembut, agak keras bahkan keras jika diperlukan. Dengan orang tua ia tahu bagaimana berkomunikasi dengan hormat dan professional, sejajar dalam kerja sama demi hasil belajar siswa yang lebih baik. Dengan rekan dan atasan, ia tidak buru-buru membela diri, cuci tangan ketika ada masalah, tetapi mau mendengar dan mencari jalan keluar dan mudah meminta maaf jika diperlukan.
Fleksibel
Guru jenis ini akan berusaha mengerti dulu baru minta dipahami. Tidak menjadikan hal kecil menjadi hal yang besar dan membuat hal besar menjadi hal yang prinsip. Guru jenis ini selalu berpendapat inti dari masalah yang terjadi adalah masalah komunikasi. Job description memang penting tapi jauh lebih penting kerjasama dan budaya saling membantu dan bekerjasama demi menghadirkan hal yang terbaik bagi siswa. Dengan demikian ia akan bersikap fleksibel dan menjadi bagian dari solusi bukan bagian dari masalah.
Percaya dan menyayangi dirinya sendiri
Guru jenis ini akan berusaha memecahkan dan menghadapi masalah disekitarnya dengan percaya diri dan hormat kepada dirinya sendiri. Hal ini sangat penting, dikarenakan banyak individu cenderung memendam masalah dan tidak bersemangat untuk menuntaskan masalah hanya karena sifat tidak percaya diri dan merasa dirinya tidak penting. Padahal dalam dunia kerja perasaan percaya diri sangat penting dalam membuat tugas sehari-hari menjadi nikmat untuk dikerjakan.

Senin, 17 Mei 2010

LISTRIK DINAMIS

Coba kalian tekan saklar listrik di ruang kelas pada posisi ON kemudian kalian amati lampu listriknya. Apa yang terjadi? Tentunya lampu tersebut akan menyala bukan?
Mengapa lampu tersebut menyala? Lampu tersebut menyala karena ada aliran listrik yang mengalir pada lampu tersebut.

KOMPETENSI DASAR
1. Merangkai alat ukur listrik, menggunakannya secara baik dan benar dalam rangkaian listrik.
2. Memformulasikan besaran-besaran listrik ke dalam persamaan.
3. Mengidentifikasi penerapan listrik AC dan DC dalam kehidupan sehari-hari

INDIKATOR
1. Menjelaskan cara membaca dan memasang alat ukur kuat arus dan alat ukur tegangan listrik dengan cara unjuk kerja dan dengan cara membuat sketsa rangkaian
2. Menggunakan Ampermeter dan voltmeter dalam rangkaian listrik.
3. Menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi besar hambatan suatu penghantar.
4. Menjelaskan perbedaan rangkaian seri dan rangkaian paralel.
5. Menentukan besar dan arah kuat arus listrik dalam rangkaian sederhana.
6. Menentukan besar dan arah kuat arus pada rangkaian majemuk.
7. Menjelaskan perbedaan tegangan DC dan tegangan AC.
8. Menjelaskan contoh penerapan listrik AC dan DC pada teknologi yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari.

7.1 Rangkaian Listrik


Gambar 1 menunjukkan rangkaian listrik sederhana. Rangkaian listrik tersebut merupakan susunan alat-alat listrik yang terdiri dari sumber arus, kawat penghantar, lampu atau alat listrik, dan saklar. Pada gambar 1a saklar dalam keadaan terbuka dan rangkaian tersebut disebut rangkaian terbuka. Pada rangkaian terbuka maka arus listrik tidak dapat mengalir sehingga lampu tidak menyala. Pada gambar 1b saklar dalam keadaan tertutup dan rangkaian tersebut disebut rangkaian tertutup. Pada rangkaian tertutup 1b maka arus listrik mengalir melalui rangkaian sehingga lampu menyala.


7.1.1 Kuat Arus Listrik

Seperti telah dijelaskan bahwa lampu pada gambar 1b dapat menyala karena adanya arus listrik. Arus listrik adalah aliran muatan-muatan listrik (dianggap sebagai muatan positif) sepanjang rangkaian. Arah arus listrik adalah dari potensial tinggi (positif) ke potensial yang lebih rendah (negative). Dengan demikian arah arus listrik berlawanan dengan arah electron (e). Untuk menyatakan besarnya arus listrik yang melalui suatu penghantar maka dinyatakan dalam besaran kuat arus listrik (I). Kuat arus listrik (I) didefinisikan banyaknya muatan listrik yang melalui penghantar tiap satuan waktu.. Secara matematis kuat arus dapat ditulis;

………………………………………………………….. (7.1)
I = kuar arus ……….. Ampere (A)
Q = Muatan listrik ……Coulomb (C)
t = waktu …………….sekon (s)


Berdasarkan persamaan 7.1, maka satu ampere adalah muatan listrik 1coulomb yang mengalir melalui suatu penghantar selama satu detik.
ampere = coulomb/sekon
Muatan listrik satu electron adalah 1,6 x 10-19C. Jika besarnya muatan listrik yang melalui pengantar dalam waktu tertentu adalah Q Coulomb, maka jumlah electron yang melalui penghantar adalah;
………………………………………………………….. (7.2)
Alat untuk mengukur besarnya kuat arus listrik yang melalui suatu penghantar adalah amperemeter. Amperemeter dirangkai seri dengan alat listrik (lampu)
Simbol amperemeter dalam rangkaian adalah

.




Contoh soal:
1. Kuat arus 0,32 A mengalir melalui suatu penghantar selama 10 sekon. Tentukan;
a. besar muatan listrik yang mengalir
b. banyaknya electron yang mengalir melalui penghantar.
Penyelesaian:
Diketahui: I = 0,32 A, t = 10 s
Ditanya: a) Q? dan b) n?
Jawab:
a) Q = I x t
Q = 0,32 A x 10s = 3,2 C
b) n = Q/e
n = 3,2 C/(1,6x 10-19)
n = 2 x 1019 elektron
LATIHAN 1
7.2 Muatan listrik sebesar 6,4 coulomb menalir pada suatu penghantar selama 10 sekon. Tentukan kuat arus yang mengalir pada penghantar tersebut.
7.3 Jika dalam 1 menit terdapat 1019 elektrom yang melaui penghantar, maka tentukan kuat arus pada penghantar tersebut. (e = 1,6x10-19C)

7.1. 2 Tegangan Listrik

Arus listrik dihasilkan oleh alat yang dinamakan sumber arus listrik. Contoh sumber arus listrik adalah baterai, akumulator. Baterai dan akumulator termasuk sumber arus searah atau DC. Sumber arus baterai dan akumulator memiliki dua terminal yang disenut kutub. Kutub positif atau anoda memiliki potensial yang lebih tinggi dari kutub negative atau (katoda). Beda potensial kutub-kutub sumber arus pada rangkaian terbuka dinamakan GGL atau gaya gerak listrik (E). Satuan GGL adalah volt (V). Beda potensial kutub-kutub sumber arus pada rangkaian tertutup dinamakan tegangan jepit V, satuannya volt (V). Pada rangkaian tertutup tersebut arus mengalir dari kutub positif ke kutub negative atau dari titik yang potensialnya lebih tinggi ke titik yang potensialnya lebih rendah.
Untuk mengukur besarnya GGL atau tegangan jepit sumber arus listrik digunakan alat yang disebut voltmeter. Voltmeter dalam rangkaian dipasang secara paralel. Usaha untuk memindahkan muatan Q dari satu titik ke titik lain yang memiliki beda potensial E adalah
………………………………………………………… (7.4)

W = usaha atau energi Joule (J)
Q = muatan listrik Coulumb (C)
E = GGL volt (V)

7.2 Hukum Ohm

a. Hubungan Kuat arus dan tegangan

Untuk memahami hubungan kuat arus dan tegangan listrik, kita lakukan percobaan sebagai berikut;
1. Siapkan voltmeter, amperemeter, sumber tegangan DC, hambatan tetap (resistor) dan hambatan variable.
2. Rangkaialah alat-alat tersebut seperti gambar berikut:


3. Aturlah kontak geser pada hambatan variable sedemikian sehingga nilai hambatannya maksimum. Tutuplah saklar (s) dan amati nilai kuat arus yang terukur pada amperemeter dan tegangan ujung-ujung hambatan pada voltmeter.Aturlah kontak geser pada hambatan variable sedemikian sehingga nilai hambatannya mengecil. Pada saat itu amati pembacaan pada amperemeter dan voltmeter.
4. Buatlah tabel pengamatan, misalnya diperoleh hasil pengamatan seperti berikut;

NO Tegangan = V
(volt) Kuat arus = I
(ampere) V/I
1
2
3
4
5
8,0
6,0
4,0
2,0
1,0
0,4
0,3
0,2
0,1
0,05 20,0
20,0
20,0
20,0
20,0
Berdasarkan data tersebut maka dapat dibuat grafik hubungan V terhadap I sebagai ut
Dari hasil pengukuran terhadap nilai V dan nilai I maka diperoleh perbandingan V terhadap I adalah tetap. Dari grafik telihat perbandingan V terhadap I berupa garis lurus. Hubungan V dan I tersebut pertama kali diselidiki oleh seorang ahli fisika dari jerman George Simon Ohm (1787 – 1854) dan dirumuskan sebagai hukum Ohm, yaitu; Besar kuat arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar berbanding lurus dengan beda potensial ujung-ujung penghantar tersebut.
Secara matematis ditulis sebagai berikut;
………………………………………………………………….. (7.5)
Tetapan k kemudian dinyatakan sebagai hambatan pemnghantar (resistor =R), sehingga persamaan 7.5 menjadi;
atau …………………………………………………….. (7.6)
V = beda potensial (tegangan listrik) …. Volt (V)
I = kuat arus listrik …………………… ampere (A)
R = hambatan penghantar (resistor) ….. ohm (Ω = dibaca omega)

Contoh soal:
1. Sebuah lampu dipasang pada sumber tegangan 220V. Jika kuat arus listrik yang melalui lampu 0.25 A, maka tentukan hambatan listrik tersebut?
Penyelesaian:
Diketahu: V = 220 volt, I = 0,25 A
Ditanya: R
Jawab:




LATIHAN 2
7.1 Sebuah lampu pijar memiliki hambatan 1000 ohm dipasang pada sumber tegangan 220 volt. Tentukan kuatr arus yang melalui lampu pijar tersebut.
7.2 Seterika listrik memiliki hambatan 440 ohm dihubungkan pada sumber tegangan. Jika kuat arus yang melalui seterika listrik tersebut adalah 0,5 ampere, maka tentukan besar beda potensial dari sumber tegangan tersebut.

KEGIATAN PERCOBAAN 1
a. Judul percobaan: Hukum Ohm
b. Tujuan Percobaan: membuktikan hukum ohm tentang hubungan tegangan, kuat
arus dan hambatan listrik
c. Alat dan bahan:
1. Amparemeter
2. Voltmeter
3. Hambatan
4. Hambatan variable (geser)
5. Sumber Arus DC (power supply)

d. Langkah percobaan



NO Tegangan = V
(volt) Kuat arus = I
(ampere) V/I
1
2
3
4
5

6. Buatlah grafik hubungan antara tegangan (V) dan Kuat arus (I)
7. Buatlah kesimpulan
8. buatlah laporan pada kertas folio dan kumpulkan pada guru pembimbing

PENGEMBANGAN DIRI MELALUI PELAYANAN KONSELING

A. STRUKTUR PELAYANAN KONSELING

Pelayanan konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual dan atau kelompok, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik.

1. Pengertian Konseling

Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok,agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.

2. Paradigma, Visi, dan Misi

a. Paradigma
Paradigma konseling adalah pelayanan bantuan psiko-pendidikan dalam bingkai budaya. Artinya, pelayanan konseling berdasarkan kaidah-kaidah ilmu dan teknologi pendidikan serta psikologi yang dikemas dalam kaji-terapan pelayanan konseling yang diwarnai oleh budaya lingkungan peserta didik.

b. Visi
Visi pelayanan konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar peserta didik berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia.

c. Misi
1) Misi pendidikan, yaitu memfasilitasi pengembangan peserta didik melalui pembentukan perilaku efektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan masa depan.
2) Misi pengembangan, yaitu memfasilitasi pengembangan potensi dan kompetensi peserta didik di dalam lingkungan sekolah/madrasah, keluarga dan masyarakat.
3) Misi pengentasan masalah, yaitu memfasilitasi pengentasan masalah peserta didik mengacu pada kehidupan efektif sehari-hari.

3. Bidang Pelayanan Konseling

a. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.

b. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.

c. Pengembangan kegiatan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.

d. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.

4. Fungsi Konseling
a. Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan lingkungannya.
b. Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya.
c. Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya.
d. Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya.
e. Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingannya kurang mendapat perhatian.

5. Prinsip dan Asas Konseling
a. Prinsip-prinsip konseling berkenaan dengan sasaran layanan, permasalahan yang dialami peserta didik, program pelayanan, serta tujuan dan pelaksanaan pelayanan.
b. Asas-asas konseling meliputi asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kegiatan, kemandirian, kekinian, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan kasus, dan tut wuri handayani.


6. Jenis Layanan Konseling

a. Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.

b. Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.

c. Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler.

d. Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

e. Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya.

f. Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.

g. Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.


h. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.

i. Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antarpeserta didik.


7. Kegiatan Pendukung

a. Aplikasi Instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes.
b. Himpunan Data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu, dan bersifat rahasia.
c. Konferensi Kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik, yang bersifat terbatas dan tertutup.
d. Kunjungan Rumah, yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua dan atau keluarganya.
e. Tampilan Kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan diri, kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir/jabatan.
f. Alih Tangan Kasus, yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan masalah peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangannya.

8. Format Kegiatan

a. Individual, yaitu format kegiatan konseling yang melayani peserta didik secara perorangan.

b. Kelompok, yaitu format kegiatan konseling yang melayani sejumlah peserta didik melalui suasana dinamika kelompok.

c. Klasikal, yaitu format kegiatan konseling yang melayani sejumlah peserta didik dalam satu kelas.
d. Lapangan, yaitu format kegiatan konseling yang melayani seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau kegiatan lapangan.

e. Pendekatan Khusus, yaitu format kegiatan konseling yang melayani kepentingan peserta didik melalui pendekatan kepada pihak-pihak yang dapat memberikan kemudahan untuk peserta didik.

9. Program Pelayanan
a. Jenis Program
1) Program Tahunan, yaitu program kegiatan pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah/madrasah.
2) Program Semesteran, yaitu program kegiatan pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan.
3) Program Bulanan, yaitu program kegiatan pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.
4) Program Mingguan, yaitu program kegiatan pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.
5) Program Harian, yaitu program kegiatan pelayanan konseling yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan (SATLAN) dan atau satuan kegiatan pendukung (SATKUNG) konseling.

b. Penyusunan Program
1) Program pelayanan konseling disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik (need assessment) yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi.
2) Substansi program pelayanan konseling meliputi keempat bidang, jenis layanan dan kegiatan pendukung, format kegiatan, sasaran pelayanan, dan volume/beban tugas konselor

Sabtu, 08 Mei 2010

JENIS-JENIS GAYA BELAJAR

JENIS-JENIS GAYA BELAJAR

A. Pengertian Gaya Belajar
Gaya belajar dapat didefinisikan sebagai cara seseorang dalam menerima hasil belajar dengan tingkat penerimaan yang optimal dibandingkan dengan cara yang lain. Setiap orang memiliki gaya belajar masing-masing. Pengenalan gaya belajar sangat penting. Bagi guru dengan mengetahui gaya belajar tiap siswa maka guru dapat menerapkan tekhnik dan strategi yang tepat baik dalam pembelajaran maupun dalam pengembangan diri. Hanya dengan penerapan yang sesuai maka tingkat keberhasilannya lebih tinggi. Seorang siswa juga harus memahami jenis gaya belajarnya. Dengan demikian, ia telah memiliki kemampuan mengenal diri yang lebih baik dan mengetahui kebutuhannya. Pengenalan gaya belajar akan memberikan pelayanan yang tepat terhadap apa dan bagaimana sebaiknya disediakan dan dilakukan agar pembelajaran dapat berlangsung optimal.
Secara realita jenis gaya belajar seseorang merupakan kombinasi dari beberapa gaya belajar. Di sini kita mengenal ada tiga gaya belajar, yaitu: gaya belajar visual, auditori, dan kinetetik. Masing-masing gaya belajar terbagi dua, yaitu: yang bersifat eksternal (tergantung media luar sebagai sumber informasi) dan yang bersifat internal (tergantung pada kemampuan kita bagaimana mengelola pikiran dan imajinasi) (Didang, 2006).


B. Macam-macam Gaya Belajar
1. Gaya Belajar Visual
Seseorang yang memiliki gaya belajar visual cenderung belajar melalui hubungan visual (penglihatan). Dengan demikian dalam gaya belajar visual yang sifatnya eksternal, ia menggunakan materi atau media yang bisa dilihat atau mengeluarkan tanggapan indera penglihatan. Materi atau media yang bisa digunakan adalah buku, poster, majalah, rangka tubuh manusia, peta, dan lain-lain.Sedangkan gaya belajar visual yang bersifat internal adalah menggunakan imajinasi sebagai sumber informasi.

2. Gaya Belajar Auditori
Gaya belajar ini cenderung menggunakan pendengaran/ audio sebagai sarana mencapai keberhasilan dalam belajar. Gaya belajar auditori yang bersifat eksternal adalah dengan mengeluarkan suara atau ada suara. Mereka dapat membaca keras, mendengarkan rekaman kuliah, diskusi dengan teman, mendengarkan musik, kerja kelompok, dan lain-lain. Gaya auditori yang bersifat internal adalah memerlukan suasana yang tenang-hening sebelum mempelajari sesuatu. Setelah itu diperlukan perenungan beberapa saat terhadap materi apa saja yang telah dikuasai dan yang belum.

3. Gaya Belajar Kinestetik
Orang yang bergaya belajar kinestetik belajar melalui gerakan-gerakan sebagai sarana memasukkan informasi ke dalam otaknya. Penyentuhan dengan bidang objek sangat disukai karena mereka dapat mengalami sesuatu dengan sendiri. Gaya belajar jenis ini yang bersifat eksternal adalah melibatkan kegiatan fisik, membuat model, memainkan peran, berjalan, dan sebagainya. Sedangkan gaya belajar kinestetika yang bersifat internal menekankan pada kejelasan makna dan tujuan sebelum mempelajari sesuatu hal.
TIPE-TIPE KEPRIBADIAN

Setiap orang memiliki kepribadian yang unik berbeda satu dengan yang lain. Kepribadian terbentuk karena internalisasi nilai-nilai yang berlangsung sepanjang hidup yang dipengaruhi oleh sifat dasar/ keturunan. Kepribadian bersifat sangat pribadi dan bervariasi, namun kita dapat menggolongkan tipe kepribadian menjadi empat pola dasar, yaitu: tipe kepribadian koleris, sanguinis, pleghmatis, dan melankolis.
A. Tipe Kepribadian Koleris
Anda orang yang memiliki tuntutan tinggi, bertekad baja untuk mencapai sesuatu, dan memiliki kepercayaan diri yang besar? Anda termasuk berkepribadian koleris. Ciri yang lain adalah keras dan tegas terhadap pendirian dan prinsip. Tiada ada kata gagal atau tidak bisa. Gagal harus dicoba lagi dengan cara lain. Tiada ada halangan dalam diri orang berkepribadian ini. Rintangan sebesar apapun akan diterjang.
Motivasi tinggi meraih sesuatu juga didukung dengan kemampuan berpikir yang cepat. Cepat mengambil keputusan. Selain itu, orang koleris selalu aktif dalam berpikir dan bertindak. Dengan demikian, mereka dapat mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus dengan hasil yang memuaskan.
Sisi positif orang berkepribadian koleris ini adalah jiwa mandiri, keinginan kuat mencapai sesuatu, dan kepercayaan diri yang tinggi. Namun, orang bertipe kepribadian ini hendaknya waspada agar tidak menjadi orang egois dan sombong atas keberhasilan dirinya. Kepercayaan yang tinggi terhadap sesuatu hasil menyebabkan mereka kadang berbuat kasar kepada orang lain dan lingkungan bila hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan target.

B. Tipe Kepribadian Sanguinis
Pribadi orang sanguinis sangat menyenangkan. Mereka ramah dan mudah bergaul. Kemampuan bicara mereka sangat baik sehingga mudah mempengaruhi orang lain. Para orator dan motivator memiliki jenis kepribadian ini. Pribadi yang optimis dalam memandang segala sesuatu menyebabkan mereka tidak pernah bersedih. Dorongan yang sangat besar untuk membuat orang lain berbahagia menyebabkan mereka bersedia berbuat apa saja, sehingga mereka mudah menuruti kehendak orang lain.
Kepribadian sanguinis ini membawa kepada kebahagiaan dan keceriaan orang-orang di sekitarnya. Prinsip mereka adalah ciptakanlah selalu situasi yang menyenangkan di mana saja dan kapan saja. Pribadi yang suka berbicara ini tidak diimbangi oleh kemauan untuk mendengarkan pembicaraan orang lain adalah sisi negatif orang yang berkepribadian sanguinis ini. Sisi negatif yang lain adalah tindakan yang mudah naik-turun (tidak stabil), suka membesar-besarkan sesuatu, berbuat sebelum berpikir, dan sering diperalat oleh orang lain karena sikap perhatian yang terlalu besar terhadap orang lain.

C. Tipe Kepribadian Pleghmatis
Orang tipe kepribadian ini tidak senang dengan konflik, ia ingin selalu hidup damai. Mereka lebih senang memberikan persetujuan terhadap sesuatu hal tanpa mengemukakan pendapat. Dalam suatu perselisihan, mereka adalah penengah yang baik karena tidak mudah tersinggung. Sifatnya yang tertutup, berbeda dengan tipe sanguinis. Mereka tidak bisa mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus. Bidang pekerjaan yang disukai adalah yang bersifat monoton dan mekanis. Rasa sentimentil yang tinggi ditunjukkan dengan kesukaan mereka mengoleksi foto-foto keluarga, surat-surat cinta, tanda kenangan, dan lain-lain.
Sisi positif orang yang berkepribadian phlegmatis ini adalah memiliki sifat yang teratur dan efisien dan bersikap hati-hati dalam bertindak. Mereka hanya berpegang kepada usaha yang sekiranya menghasilkan. Dengan kata lain mereka menghindari resiko yang akan terjadi.

D. Tipe Kepribadian Melankolis
Orang yang berkepribadian melankolis adalah orang yang serius sekaligus cerdas dan kritis dalam berpikir. Mereka adalah tipe paling tekun di antara semua jenis kepribadian. Kemampuan analisis terhadap sesuatu yang kritis dan teliti. Sifat orang melankolis yang teliti menyebabkan mereka senang terhadap hal-hal yang detail, seperti: data, angka, grafik, dan informasi lain. Sikap mereka terhadap orang lain sangat proporsional dalam arti mereka menghindari diri dari menyakiti hati orang lain karena mereka tidak mau disakiti.
Sisi positif orang yang bertipe kepribadian ini adalah selalu tidak puas dengan apa yang ada. Mereka selalu kreatif berpikir tentang apa yang bisa dicapai setelah memperoleh sesuatu. Mereka jarang melakukan kesalahan karena semua hal dilakukan secara sempurna. Sisi negatif mereka adalah sering tersinggung bila ada yang mengingatkan atau menunjukkan kesalahan yang mereka perbuat. Selain itu mereka terlihat kaku karena mereka berpikir banyak orang yang tidak memahami mereka tentang sesuatu hal yang menurut orang melankolis adalah mudah dan simpel. Rasa sosial orang melankolis sangat rendah karena mereka telah merasa mampu dalam banyak hal sehingga tidak memerlukan kehadiran orang lain.
(Didang, 2006: 9-18).